Minggu, 11 November 2012

Budidaya Sayur Bayam

Menanam Sayur Bayam



Kita sudah mengenal banyak sayuran dalam hidup. Sayur bayam, sop, dan lodeh, hanya sebagian nama menu yang menggunakan sayuran sebagai bahan dasarnya. Bayam, salah satunya, termasuk jenis sayuran yang menyehatkan dan mengandung banyak gizi. Bukan hanya enak disayur, banyak orang mengolah bayam sebagai bahan bisnis mereka. Mengingat pentingnya sayuran bagi tubuh, tidak ada salahnya kita mengetahui cara penanaman sayuran.
Bayam mengandung zat makanan penting, yaitu vitamin A dan zat besi. Ada beberapa jenis bayam, yaitu bayam duri, bayam bandeng, bayam sekul, dan bayam liar. Tumbuhan dengan batang basah ini dapat tumbuh di mana-mana. Di sawah atau tegalan. Bahkan, halaman belakang rumah. Bayam dapat pula ditanam di musim kemarau ataupun hujan.
Bibit bayam berupa biji yang lembut sekali. Menanam sayur bayam ternyata tidak begitu sulit. Bayam cabutan ditanam untuk diambil sekaligus. Jika akan menanam lebih dari satu bedeng, sebaiknya penyebaran dilakukan dengan jarak tertentu, misalnya 7 sampai 10 hari. Dengan demikian, pemungutannya pun berurutan sesuai umur tanamannya.
Berikut ini gambaran sekilas mengenai penanaman bayam.
Tanah dicangkul dalamnya 20-30cm. Kemudian, buat bandengan dengan lebar 100-150cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan. Di antara bandengan dibuat parit air 30cm. Lahan untuk menanam bayam sebaiknya tanah yang banyak mengandung air, subur, dan gembur. Oleh karena itu, penanaman bayam disarankan pada awalmusim hujan.
  • Kebutuhan biji bakal benih bayam untuk bayam yang tepat jaraknya kurang lebih 100 gram per 100 meter persegi. Bisa disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis bayam agar populasi bayam per hektar bisa menghasilkan 30.000-60.000.
  • Sebelum benih ditaburkan, dicampur dengan abu atau pasir.
  • Bandengan yang sudah disebar benih ditutup dengan pupukkandang (3kg/m2). Kemudian, ditutup dengan jerami tipis-tipis. Jika benih sudah mulai tumbuh, jerami dibuang.
  • Dalam musim kemarau, disiram air.
  • Rumput yang tumbuh dibersihkan.
  • Pemupukan pertama dilakukan 10-20 hari sesudah benih disebarkan sebanyak 25 gram urea per 10 meter persegi. Caramemupuk urea disebar rata atau dilarutkan dalam air dan disiram.
  • Pemupukan kedua dilakukan 20 hari setelah benih disebar sebanyak 25 gram urea per 10 meter persegi.
  • Urea disebar rata, lalu dilarutkan dalam air dan disiram.
  • Seminggu setelah semai, disemprot racun hama.
Dalam waktu satu bulan, bayam sudah dapat dipetik. Tinggi bayam sekitar 15-20cm. Waktu yang paling tepat untuk panen adalah pagi atau sore hari karena suhu udara tidak terlalu panas. Jika bayam sudah siap panen, cepatlah dipetik. Jika didiamkan terlalu lama, akan menjadikan bayam alot dan kurang enak.


Berternak burung kenari

Berternak burung kenari

bisa dibilang mudah tidak memerlukan lahan/tempat yang besar,dengan lahan seadanya saya manfaatkan untuk untuk tempat berternak burung kebetulan di rumah saya ada tempat di atas/loteng untuk menjemur pakaian sebagian saya manfaatkan untuk tempat ternak.pada waktu itu bermodalkan Rp.400.000 saya bisa memperoleh sepasang burung kenari berwarna hijau dan bound(perpaduan warna hijau dan kuning) dari situ terus beranak seiring perkembang tren warna dan harga,sekarang saya bermain warna merah dan putih,karena bermain burung kenari setiap tahun berubah tren warna sesuai dengan perkembangan pangsa pasar yang diinginkan oleh konsumen dan para kontestan kicau mania.

Membedakan antara burung jantan dan betina, ada yang percaya sebagian orang melihat dari bentuk telur kalau jantan biasnya berbentuk lonjong/oval sedangkan kalau betina berbentuk cenderung bulat. Kalau dilihat dari anakan biasanya burung jantan pada waktu berumur 1 bulan lebih / sudah dipisah dari indukan sering rajin berbunyi (ngerol)sedangkan pada burung betina biasanya tidak berbunyi. Dilihat dari tekstur bentuk tubuh pejantan terlihat lebih ramping memanjang sedangkan kalau burung betina cenderung bulat.

Memilih indukan burung kenari bisa di bilangan gapang2 mudah untuk indukan jantan dipilih yang berumur 8 bulan/lebih dan untuk indukan betina biasanya berumur 7 bulan.Ciri-ciri indukan siap kawin, pada burung jantan biasanya berumur 8 bulan lebih sudah mulai rajin berbunyi dan biasanya bunyi sambil tidak bisa diam kalau di dekatkan dengan burung betina bunyi sambil nyerang/ birahi, sedangkan pada burung betina biasanya berumur 7 bulan pada masa itu burung betina sudah mulai memanggil -manggil si pejantan dan kalau mendengar suara burung jantan berbunyi si betina mengepakan sayapnya sambil loncat2 tidak diam.

Pada masa penjodohan ada berbagai macam cara menjodohkan indukan, ada yang menggunakan sangkar khusus yang ditengahnya diberi sekat pembatas biar burung bisa saling mengenal selama beberapa hari pda waktunya disatukan si indukan sudah terbiasa jadi tidak berkelahi, ad juga yang langsung disatukan itupun dengnan terlebih dulu sudah terlihat si betinanya sudah siap bener dikawinkan. Pada masa penjodohan di sangkar soliter/ box kalau si indukan sudah terlihat kawin kita siapkan tempat untuk menngeram biasanya dipasaran tersedia serabut untuk tempat mengeram, kita bisa menyediakanya dengan cara di buatkan oleh kita laludibulatkan dengan memakai lampu bohlam biar terlihat alami atau dengan cara alami kita siapkan di dalam sangkar / box kalau dengan cara alami ini biasnya si indukan mengambil sendiri dan dianyam sendiri oleh si indukan di tempat yang telah kita siapkanbisanya peran si betina yang lebih besar, setelah terlihat mengeram tidak lama kemudian si betina akan bertelur biasnya telur burung kenari terdiri dari 1 sampai 4 kalau sedang produktif sekali bisa sampai 6 butir.

Pada masa pengeraman burung kenari selama 12 hari sampai 14 hari tergantung cuaca/suhu biasanya peternak memakai tambahan lampu 5 watt didalam sangkar/box biar suhu didalam sangkar/box lebih hangat. Setelah 12 hari mengeram telur akan menetas satu persatu biasanya berselang sehari sampai semuanya menetas, pada masa itu si pejantan bisa di pisahkan atau di satukan tergantung karakter si pejantan itu sendiri. Pada masa memberi pakan/meloloh anakan burung kenari kita siapkan extra fooding tambahan biar anakan bisa tumbuh dengan cepat dan baik.

Burung kenari adalah burung yang sensitif terhadap cahaya, kondisinya akan berubah sesuai dengan berubahnya cahaya matahari bersinar seperti di pergantian musim sepanjang tahun. Kenari merupakan burung yang mudah beradaptasi bisa berkicau di segala kondisi. Dalam perawatannya sangat mudah tidak serumit hobies kicauan dimana harus menyediakan EF (Extra Fooding) yang susah & mahal. Untuk EF kenari cukup dikasih telur puyuh, hijauan (daun sawi,daun seladah,daun gingseng lokal,oyong, mentimun”untuk menurunkan lemak dan menurunkan birahi pejantan yang berlebih” atau buah-buahan.


Merawat burung kenari sebenarnya bisa di bilang gampang-gampang susah intinya kita dalam memelihara burung kenari harus dengan telaten dan di barengi dengan kesabaran. Dari cerita saya ini yang masih kurang dan butuh lebih masukan-masukan dari teman-teman sesama peternak burung kenari dan hobies, saya harap bisa saling bertukar ilmu dan pengalaman dalam hal berternak burung kenari agar bisa lebih maju untuk kedepannya dalam mencetak burung-burung kenari terutama lokalan yang lebih handal.
sumber:http://beternakburungkenari.blogspot.com/

BUDIDAYA BURUNG MURAI

Jenis - Jenis Burung Murai Batu. Murai Batu merupakan salah satu jenis burung yang banyak di pelihara oleh masyarakat demikian juga halnya dengan petani kelapa sawit hal iini karena selain keindahan bentuk tubuhnya burung murai batu juga memiliki kicauan yang sangat menarik. Dalam artikel ini konsultasisawit.blogspot.com akan menyampaikan tentang beberapa jenis burung murai batu yang ada. 
Adapun Jenis-jenis murai batu yang dikenal di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Murai batu medan, Bukit Lawang, Bohorok, kaki G Leuser wilayah Sumatra Utara. 
    ciri khas : Panjang ekor 27 – 30 cm.
2. Murai Aceh, di kaki G Leuser wilayah Aceh. 
    ciri khas : Panjang ekor 25 – 30 cm.
3. Murai batu Nias, panjang ekor 20 – 25 cm. 
    ciri khas : Ekor keseluruhan berwarna hitam.
4. Murai Jambi, 
    Jenis ini hidup di Bengkulu, Sumatra Selatan, Jambi.
5. Murai batu Lampung, hidup di Krakatau, Lampung.  
    Ukuran tubuh lebih besar dari Murai Medan. ciri khas : Panjang ekor 15 – 20 cm.
6. Murai Banjar (Borneo), 
    Jenis ini paling populer di Kalimantan,  Penyebaran di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Panjang ekor 10 – 12 cm.
7. Murai Palangka (Borneo), 
    ciri khas : panjang ekor 15 – 18 cm. Hidup di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
8. Larwo (Murai Jawa), 
    Burung ini hidup di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tubuh jauh lebih kecil dari murai medan.  Panjang ekor 8 – 10 cm. 
Berikut adalah gambar burung murai batu di atas :
Sedangkan jenis - jenis murai batu dari luar negeri terdiri atas :
1.  Murai batu Malaysia, 
    Burung murai batu di malaysia hidup di wilayah Penang. Ekor tipis dan panjang sekitar 30 – 33 cm dan postur tubuh lebih besar dari murai medan.
2. Murai batu Thailand, 
    Di Thailand burung murai batu banyak hidup di perbatasan Thailand dan Malaysia, panjang ekor 32 – 35 cm dan warna hitam mengkilat indigo (kebiru-biruan).
3.  Murai batu Philippine, wilayah Luzon dan Catanduanes. 
Jenis ini lebih tepat disebut murai hias, karena memiliki warna tubuh yang sangat indah.
Demikian dulu informasi tentang jenis - jenis burung murai batu, cara budidaya dan penangkaran burung murai batu akan di posting pada artikel berikutnya.

BUDIDAYA IKAN KOI

IKAN KOI
Ikan Koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Harga Koi sangat ditentukan berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna. Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316 Masehi. Koi dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi. Pemuliaan yang dilakukan bertahun-tahun menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian koi. Beberapa varietas yang tersebar ke seluruh dunia digolongkan Asosiasi Koi Jepang (en Nippon Airinkai) menjadi 13 kelompok antara lain: Bekko, Utsurinomo, Asagi-Shusui, Goromo, Kawarimono, Ogon dan Hikari-moyomono. Sedangkan 5 golongan utama yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Hirarinuji dan Kawarigoi.


Taksonomi koi adalah sebagai berikut:
Philum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinoformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies: Carpio
Nilai koi tergantung dari ukuran, bentuk serta keseimbangan pola dan intensitas warna kulit. Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas, keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Membeli koi kecil sebaiknya dipilih yang memiliki kepala terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi ikan dengan tubuh besar. Bentuk yang paling baik adalah seperti “torpedo”. 


1. Pemilihan lokasi & konstruksi wadah

Ikan koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh. Kolam sebagian dinaungai karena sinar matahari yang terlalu banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat dan air kolam menjadi keruh akibat blooming fitoplankton.

Koi berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak. 



2. Teknik Budidaya

2.1 Kualitas Air
Air merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas tampilan ikan koi sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk mendukung perkembangan koi secara optimum adalah sebagai berikut:

v suhu air berkisar 24-26oC,
v pH 7,2-7,4 (agak basa), 
v oksigen minimal 3-5 ppm, 
v CO2 max 10 ppm, 
v nitrit max 0,2. 
Air yang digunakan harus terdeklorinisasi atau sudah disaring dan diendapkan 24 jam. Air yang digunakan untuk pemijahan dan penetasan telur sebaiknya memiliki kandungan oksigen dan suhu yang stabil. Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat digunakan aerator, sedangkan suhu pada bak pemijahan diusahakan sama dengan suhu air kolam dengan tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5oC.



2.2. Pakan 

Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan segala). Meski demikian ia biasa makan apa saja yang bisa dimakan, seperti pucuk daun, atau berburu cacing di dasar sungai. Maka inilah guna dari sungut yang ada pada mulut ikan. Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati (misalnya tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dll) dan bahan hewani (seperti; tepung ikan, tepung kepala udang, tepung cumi,kekerangan dll) serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan. 


Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah). Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin; spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin. Para pembudidaya saat ini tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di pasaran pakan koi yang sudah di formulasi sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk pembentukan warna ikan koi.

Pakan alami atau pakan
hidup misalnya cacing darah, cacing tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan phitoplankton dalam kolam.
Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5 % per-hari, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali per-hari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya. 
Menurut pengalaman dan penelitian bertahun – tahun, ditemukanlan bahan – bahan aktif yang dapat ditambahkan untuk membuat warna koi lebih cemerlang. Koi yang dipelihara di kolam Lumpur ternyata memiliki kualitas warna yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam tembok. Ternyata ikan loi tersebut banyak menyantap ganggang yang memang  tumbuh di Lumpur. Ganggang yang dimakan koi mengandung banyak zat karoten. Maka kalau anda ingin menambah warna ikan lebih cemerlang beri makan “krill”, paprika, dan daun marigold, semuanya dapat anda campurkan dalam makanannya. Banyak makanan sumber karoten ini sudah dalam bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan pellet atau roti.


2.3. Pembenihan
Kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.
Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.
Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.

Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1 kg. Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk dibesarkan menjadi induk. 

Secara alami, carp memijah pada musim semi dan menjadi matang gonad dengan menaikkan suhu air. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak diberi pakan selama beberapa hari. 
Koi dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan. 
Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan terakhir. 
Induk betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan. Setelah telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan kedalam wadah penetasan. 

2.4. Pendederan

Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu. Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air. Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih mempunyai kantong kuning telur. 
Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5 hari sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter. Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-. 
Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan dapat didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram). Pendederan terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm). Pendederan II dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik. 
Waktu yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram) adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan. Kualitas ikan koi (pola dan warna) bergantung dari tetuanya. Dari hasil seleksi ukuran fingerling, yang afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %).


2.5. Pewarnaan

Kualitas koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan warna. Pola warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna menunjukkan kualitas yang baik. 

Genotip menentukan jumlah dan jenis sel pigmen serta kromatofora. Kromatofora menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan. Ikan pada wadah gelap cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna dapat berubah bila ikan mengalami tekanan (stres). Biasanya ikan yang tumbuh lambat mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang tumbuh cepat karena pigmen bisa diubah dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh. Seumur hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen. Koi muda yang berwarna pucat apabila diberikan pakan berpigmen selama 6 minggu sebelum dipasarkan akan berwarna menarik. Intensitas warna tergantung dari jumlah pigmen dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan adanya karotenoid dalam pakan. 



2.6. Pra Panen

Koi tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20 cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya. Dari hasil seleksi ini, Koi yang terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam semen sambil menunggu harga pasar yang baik. 

Dalam penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk. Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh ikan Koi.

IKAN SALMON

2. Ikan Salmon (hasil tangkapan liar, Alaska) 
Untuk memberitahu Anda sebagus apa pengelolaan wilayah perikanan salmon Alaska, pertimbangkan hal ini: para ahli biologi menyempatkan diri untuk tinggal di muara sungai untuk menghitung berapa banyak ikan liar yang kembali ke sungai tersebut untuk bertelur. Jika angkanya menurun, maka wilayah perikanan itu ditutup sebelum mencapai batasnya, seperti yang dilakukan baru-baru ini dengan wilayah perikanan Chinook. Dengan adanya pemantauan yang saksama ini, dengan pembatasan yang ketat dan manajemen kualitas air yang cermat, berarti ikan salmon Alaska yang ditangkap secara liar adalah sehat untuk dikonsumsi (ikan ini mengandung 1.250 mg omega-3 per porsi dua ons dan hanya sedikit mengandung kontaminan) dan lebih sustainable dibandingkan dengan wilayah perikanan salmon lainnya.





               

Rabu, 07 November 2012

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG


BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG
 


Jagung merupakan tanaman pangan yang terpenting di masyarakat dunia selain gandum dan beras. Kandungan dari Jagung sendiri memiliki karbohidrat yang mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Meskipun Jagung mempunyai kandungan yang lebih rendah, namum Jagung mempunyai kandungan protein yang banyak pula.

Di Indonesia, daerah penghasil utama budidaya tanaman Jagung ada di Jawa, DIY, Nusa tengggara timur, Sulawesi Utara, Sulawei Selatan dan Maluku. Budidaya tanaman Jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklim yang mendukung dalam proses pertumbuhan.
Budidaya tanaman Jagung harus dikembangkan, agar Indonesia bisa berkembang dan maju dalam sistem pertanian. Anda ingin budidaya tanaman Jagung, mulailah dari sekarang karena budidaya Jagung ada keuntungan yang sangat besar. Blogiztic.net akan mengupas cara budidaya tanaman Jagung yang benar sebagai berikut.
Syarat benih yang diperlukan
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha.
Pengolahan lahan tanaman
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam.
Pemupukan tanaman
Dosis pemupukan Jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50- 100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman Jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman Jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
Cara penanaman jagung
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
  • Tumpang sari (intercropping) : melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti Jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti Jagung, ketela pohon, padi gogo.
  • Tumpang gilir (Multiple Cropping) : dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: Jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
  • Tanaman Bersisipan (Relay Cropping) : pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: Jagung disisipkan kacang tanah, waktu Jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
  • Tanaman Campuran (Mixed Cropping) : penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti Jagung, kedelai, ubi kayu.
2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam Jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40×100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25×75 cm (1 tanaman/lubang).
Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
Penyiangan tanaman
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman Jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
Pembumbunan tanaman
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
Pengairan dan Penyiraman tanaman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman Jagung.
Hama pada tanaman
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Pengendalian yang harus dilakukan
  • penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman.
  • tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan.
  • Sanitasi kebun.
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh.
Pengendalian yang dilakukan
  • tanam serentak atau pergiliran tanaman
  • cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah)
Penyakit pada tanaman
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.
Pengendalian yang dilakukan
  • penanaman menjelang atau awal musim penghujan
  • pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan
  • cabut tanaman terserang dan musnahkan
b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum.
Pengendalian yang dilakuakan
- pergiliran tanaman.
- mengatur kondisi lahan tidak lemba
c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw.
Pengendalian yang dilakukan
  • mengatur kelembaban
  • menanam varietas tahan terhadap penyakit
  • sanitasi kebun
d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC.
Pengendalian yang dilakukan
  • mengatur kelembaban
  • memotong bagian tanaman dan dibakar
e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme.
Pengendalian yang dilakukan
  • menanam Jagung varietas tahan
  • pergiliran tanam
  • mengatur jarak tanam
  • perlakuan benih
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Ciri dan umur Jagung Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (Jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), Jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan Jagung untuk beras Jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.
Cara pemanenan Jagung
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah Jagung.
Pengupasan Jagung
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.
Pengeringan Jagung
Pengeringan Jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.
Pemipilan Jagung
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil Jagung.
Penyortiran dan penggolongan Jagung
Biji-biji Jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.
Sumber : http://www.infoagri.asia/

BUDIDAYA APEL

1. SEJARAH SINGKAT
Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini.
2. JENIS TANAMAN
Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:
1) Divisio : Spermatophyta
2) Subdivisio : Angiospermae
3) Klas : Dicotyledonae
4) Ordo : Rosales
5) Famili : Rosaceae
6) Genus : Malus
7) Spesies : Malus sylvestris Mill
Dari spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.
3. MANFAAT TANAMAN
Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi.

4. SENTRA PENANAMAN

Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang
banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.
2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
3) Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.
4) Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.
5.2. Media Tanam
1) Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
2) Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.
3) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.
4) Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.
5) Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya. Teknik perbanyakan generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan okulasi atau penempelan (budding), sambungan
(grafting) dan stek.
1) Persyaratan Benih
Syarat batang bawah : merupakan apel liar, perakaran luas dan kuat, bentuk pohon kokoh, mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas adalah berasal dari batang tanaman apel yang sehat dan memilki sifat-sifat unggul.
2) Penyiapan Benih
Penyiapan benih dilakukan dengan cara perbanyakan batang bawah dilakukan langkah-langkah sebagai beriku t:
a) Anakan / siwilan
1. Ciri anakan yang diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulit batang kecoklatan.
2. Anakan diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan cara menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara berlahan-lahan dan hati-hati.
3. Setelah anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong, lalu ditanam pada bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman parit 40 cm.
b) Rundukan (layering)
1. Bibit hasil rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu:
- Anakan pohon induk apel liar: anakan yang agak panjang direbahkan melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu dan ditimbun tanah; penimbunan dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas dapat
dipisahkan dengan cara memotong cabangnya.
- Perundukan tempelan batang bawah: dilakukan pada waktu tempelan dibuka (2 minggu) yaitu dengan memotong 2/3 bagian penampang batang bawah, sekitar 2 cm diatas tempelan; bagian atas keratan dibenamkan dalam tanah kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan diberi penjepit kayu atau bambu.
2. Setelah rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibit dengan cara memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau tekukan. Bekas luka diolesi defolatan.
c) Stek
Stek apel liar berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam dan lurus), sebelum ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan Roton F untuk merangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedengan ditanami dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang ± 1
cm dan perakaran cukup cukup kuat.
3) Teknik Pembiitan
a) Penempelan
1. Pilih batang bawah yang memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan, diameter batang ± 1 cm dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.
2. Ambil mata tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon apel varietas unggul yang telah terbukti keunggulannya. Caranya adalah dengan menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm (Matanya ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dengan hati-hati agar matanya tidak rusak
3. Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi ± 20 cm dari pangkal batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel. Lidah tersebut diungkit dari kayunya dan dipotong setengahnya.
4. Masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempel dengan baik. Ikat tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagian tempelan.
5. Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan semprot/ kompres dengan ZPT. Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna hijau segar dan melekat.
6. Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi dengan posisi milintang sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian penampang.
Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.
b) Penyambungan
1. Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).
2. Batang bawah dipotong pada ketinggian ± 20 cm dari leher akar.
3. Potong pucuknya dan belah bagian tengah batang bawah denngan panjang 2-5 cm.
4. Cabang entres dippotong sepanjang ± 15 cm (± 3 mata), daunnya dibuang, lalu pangkal batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan sama dengan panjang belahan batang bawah.
5. Batang atas disisipkan ke belahan batang bawah, sehingga kambium keduanya bisa bertemu.
6. Ikat sambungan dengan tali plastik serapat mungkin.
7. Kerudungi setiap sambungan dengan kantung plastik. Setelah berumur 2-3 minggu, kerudung plastik dapat dibuka untuk melihat keberhasilan sambungan.
4) Pemeliharaan pembibitan
Pemeliharaan batang bawah meliputi
a) Pemupukan: dilakukan 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP masing-masing 5 gram per tanaman ditugalkan (disebar mengelilingi) di sekitar tanaman.
b) Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma.
c) Pengairan: satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)
d) Pemberantasan hama dan penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulan dengan memperhatikan gejala serangan. Fungisida yang digunakan adalah Antracol atau Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide atau Decis.
Bersama dengan ini dapat pula diberikan pupuk daun, ditambah perekat Agristic.
5) Pemindahan Bibit
Bibit okulasi grafting (penempelan dan sambungan) dapat dipindahkan ke lapang pada umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm dan daunnya dirompes.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan dan biaya yang diperlukan.
2) Pembukaan Lahan
Tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal.
3) Pembentukan Bedengan
Pada tanaman apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alu penanaman.
4) Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menjaga keseimbangan pH tanah. Pengapuran hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari 6.
5) Pemupukan
Pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping. Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat
rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain. Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi
udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurangkurangnya 20 kg. Setelah itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu, dan menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.